Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemikiran-pemikiran Hebat Mao Zedong



Pemikiran-pemikiran yang disampaikan Mao biasanya disebut dengan istilah Maoisme. Pada dasarnya, Mao bukanlah seorang pemikir yang orisinil. Pemikirannya tersebut dilandasi oleh gagasan atau pikiran tokoh lain, seperti Karl Marx, Friederich Engels, Lenin dan Stalin. Gagasan yang disampaikan Mao tentunya dikaitkan dengan situasi objektif negara Cina yang dikolaborasikan dengan pengetahuan dan pengalaman perjuangan revolusi, sehingga menjadi sebuah konsep pemikiran yang sangat pragmatis dan mudah dipahami di Cina.

Pemikiran Marxis-Mao inilah yang kemudian menjadi salah satu pemikiran yang sangat berpengaruh di Cina pada abad ke-20. Pada zaman Yanan, menjadi periode paling produktif bagi Mao sebagai seorang teoritikus Marxist maupun sebagai seorang ahli revolusioner (Meisner, 1999).

Inti dari konsep filsafat Mao yaitu konflik. Menurutnya, konflik itu bersifat universal dan absolut, hal ini dimaksudkan dalam proses perkembangan semua barang yang melingkupi semua proses dari mula hingga akhir. Model filsafat Karl Marx juga dilandasi oleh prinsip konflik, kelas yang menindas dan kelas yang tertindas serta kapital dan pekerjaan berada dalam sebuah konflik kekal. Hingga suatu saat hal tersebut akan menjurus kepada sebuah krisis dan kaum pekerja akan menang walaupun pada akhirnya hal tersebut akan menjadi sebuah krisis lagi. Namun menurut Mao, semua proses tersebut secara logis merupakan sebuah keseimbangan yang stabil dan harmonis. Menurut Mao, semua konflik terjadi karena adanya konflik kelas antar kelompok sosial. Misal konflik antara kaum petani dengan tuan tanah dan konflik antara kaum proletar dan borjuis.

Sebuah hubungan yang kontradiksi antara kelas borjuis dan kelas proletar didasari atas penghisapan nilai yang lebih yang telah dilakukan oleh kaum borjuis. Nilai lebih yang dimaksud yaitu merupakan bentuk moneter dari bagian produksi pekerja yang telah dia serahkan pada pemilik alat produksi tanpa menerima apapun sebagai gantinya (Mandel, 2006). Pembeli tenaga kerja membelinya, mengonsumsinya dengan menjual untuk bekerja. Terdapat dua hal yang khas dalam proses bekerja dalam masyarakar, yakni; (1) bekerja di bawah control kaum kapitalis dam (2) produk menjadi milik kapitalis, karena proses bekerja tersebut hanyalah sebuah proses diantara dua hal/barang yang dibeli oleh kapitalis, yaitu tenaga kerja dan alat produksi (Mandel, 2006).

Pemikiran tersebutlah yang kemudian menggugah dan diadopsi oleh Mao Zedong untuk dijadikan kiblat dalam sistem pemerintahan politik maupun ekonomi di Cina. Perbedaannya, jika pada praktek revolusioner Marx terjadi di kota dan terfokus pada kekuatan utama masyarakat proletar di perkotaan dan masyarakat di daerah pedesaan diabaiakan maka sebaliknya dengan kondisi structural masyarakat pada pemikiran Mao. Mao memusatkan kekuatan dan perhatiannya pada kaum buruh dan tani untuk dijadikan kekuatan utama dalam revolusioner, karena menurutnya kekuatan utama ekonomi berada di pedesaan. Mengingat jumlah mayoritas penduduk Cina pada saat itu bertempat tinggal di desa. Kaum tani kemudian dapat dipimpin oleh kaum proletar dan pengawalanya bagi kekuatan politik PKC.

Selain pada bidang ekonomi dan politik, pemikiran Mao juga terdapat dalam bidang militer. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Mao mengeluarkan sepuluh strategi untuk menunjang penerapan doktrin perang rakyat, Ke sepuluh strategi tersebut memperjelas konsep dari doktrin Perang Rakyat dan mempermudah TPR dalam merealisasikannya dalam aktivitas militer seperti perang. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Mao mementingkan analisisnya terhadap kondisi musuh dan kekuatan manusia dalam pasukannya. Mao mengedepankan konsep gerilya dalam strateginya untuk mengalahkan dan menduduki titik-titik kekuasaan musuh, selalu dimulai dari lingkup yang kecil kemudian sampe ke lingkup yang paling besar. Dalam pemikiran Mao, kekuatan manusia yang menyeluruh dengan konsentrasi, keberanian, dan segala kemampuannya adalah senjata militer yang paling kuat dan dapat mengalahkan musuh yang bersenjata sekalipun (Alvina, 2015).

 

Posting Komentar untuk "Pemikiran-pemikiran Hebat Mao Zedong"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel