Apa Itu Budaya Patriarki?
Merujuk pada Walby (1990: 28), patriarki ialah sebuah mekanisme susunan sosial dan praktik-praktik di mana lelaki memimpin, menindas, dan mengeksplorasi wanita. Walby mengonseptualisasi patriarki pada beberapa tataran. Pada tataran yang abstrak, patriarki berbentuk sebagai sebuah mekanisme rekanan sosial, dan pada tataran yang tidak begitu abstrak, patriarki terdiri dari 6 susunan yang mencakup model produksi patriarki, rekanan patriarki pada tugas dengan gaji, rekanan patriarki dalam negara, kekerasan lelaki pada wanita, rekanan patriarki dalam seksualitas, dan rekanan patriarki dalam instansi budaya (Walby, 1990: 29).
Sebagai bentuk dari praktek patriarki, ide maskulinitas ada sebagai
atribut, sikap, dan peranan sosial yang dilekatkan pada lelaki di saat tertentu
(Kimmel dan Aronson, 2002: 503). Beynon (2002), dalam Masculinities and
Cultures menerangkan jika ada perubahan ide maskulinitas yang terjadi karena
rekanannya dengan pihak- faksi yang berkuasa di suatu waktu tertentu. Meskipun
ide maskulinitas ini sendiri beralih-alih, karena disebutkan sebagai wawasan
yang cair, definisinya juga dapat berbeda bergantung dengan tempat dan waktu.
Tetapi, secara simpel maskulinitas sebagai imaji kejantanan, kecakapan,
keperkasaan, keberanian untuk melawan bahaya, keuletan, ketegasan hati,
keringat yang menetes, otot lelaki yang menyembul, atau anggota badan tertentu
dari kemampuan daya magnet laki- laki yang kelihatan secara ekstrinsik (Kurnia,
2014: 22). Menurut Connell (2005), maskulinitas ditempatkan pada rekanan
gender, yakni praktek yang mengikutsertakan lelaki dan wanita dan berimplikasi
pada pengalaman jasmaniah, karakter, dan budaya. Hingga otomatis ini
mengkonstruksikan ide femininitas dan mendeskripsikannya sebagai suatu hal yang
bersimpangan dengan maskulinitas. Dalam kerangka ini, sudah pasti praktek patriarki
lelaki pada wanita makin dipandang lumrah dan sesuai kodrat.
Maskulinitas sebagai ide mengenai peranan sosial, sikap dan makna-makna
tertentu yang dilekatkan pada lelaki di saat tertentu. (Kimmel dan Aronson,
2002). Connell (2005) menjelaskan jika maskulinitas ditempatkan pada rekanan
gender, yakni praktek yang mengikutsertakan lelaki dan wanita dan berimplikasi
pada pengalaman jasmaniah, karakter, dan budaya. Maskulinitas ialah kejantanan
seorang lelaki yang disambungkan dengan kualitas seksual (Sastriani, 2007).
Menurut Barker
(2005) maskulin sebuah wujud konstruksi kelelakian pada lelaki. Lelaki tidak
dilahirkan demikian dengan karakter maskulinnya dengan alami, maskulinitas
dibuat oleh kebudayaan. Hal yang tentukan karakter wanita dan lelaki ialah kebudayaan.
Pada umumnya, maskulinitas tradisionil memandang tinggi nilai-nilai di antara
kemampuan, kekuasaan, keteguhan, tindakan, kendalian, kemandirian, kepuasan
diri, kesetiakawanan lelaki, dan kerja. Antara yang dilihat rendah ialah
jalinan interpersonal, kekuatan verbal, kehidupan lokal, kehalusan, komunikasi,
wanita, dan anak-anak (Barker, 2005).
Beynon (2007) mendeskripsikan maskulin sebagai lelaki yang kelihatan
benar-benar ―kebapakan‖, sebagai penguasa dalam keluarga, dan figur yang
sanggup pimpin wanita dan membuat keputusan yang khusus. Connell (2000)
mendeskripsikan maskulinitas sebagai wujud praktek gender yang disebut konstruk
sosial, maskulinitas merujuk dalam tubuh lelaki langsung atau simbolik yang
bukan ditetapkan oleh biologis lelaki. Connell (2005) mengutarakan jika
maskulinitas dimengerti dalam tempat reproduktif untuk menerangkan jika badan
bukan suatu hal yang masih tetap dan ditetapkan secara biologis tetapi melalui
satu proses bersejarah.
Menurut Kimmel (2005) maskulinitas ialah beberapa kumpulan arti yang
selalu berbeda mengenai beberapa hal yang terkait dengan lelaki hingga
mempunyai pengertian yang lain pada tiap pribadi dan saat yang berlainan. Dan
Morgan (dalam Beynon, 2007) menjelaskan jika ―what is masculinity is what men
and woman do rather than what they are‖ yang maknanya maskulinitas ialah apa
yang sudah dilakukan oleh laki- laki dan wanita. Dari beberapa pengertian
maskulinitas yang sudah disampaikan oleh beberapa figur, periset pilih memakai
dasar teori dari Barker yakni maskulinitas ialah peranan gender, posisi, sikap,
dan wujud konstruksi kelelakian pada lelaki yang disambungkan dengan kualitas
seksual selanjutnya dibuat oleh kebudayaan.
Menurut Beynon (2007), menjelaskan jika karakter-sifat maskulinitas bisa
digolongkan seperti berikut:
a. New Man as Nurturer: lelaki mempunyai kehalusan sebagai seorang
bapak, misalkan untuk mengurusi anak, mengikutsertakan peranan penuh lelaki
dalam tempat lokal.
b. New Man as Narcissist: lelaki memperlihatkan maskulinitasnya dengan
pola hidup yuppies yang flamboyan dan perlente, lelaki makin sukai
menganakemaskan dianya dengan beberapa produk komersil seperti property, mobil,
baju atau artafek individual yang membuat terlihat sukses.
c. Sifat kelaki-lakian yang jantan, kekerasan, dan hologanism, laki- laki
membuat hidupnya di sekitar football atau sepak bola dan dunia minumminum, sex
dan jalinan dengan beberapa wanita, mengutamakan leisure time, bergembira
nikmati hidup bebas seperti apakah ada bersama teman- temannya, melihat sepak
bola, minum bir, dan membuat lelucon- gurauan yang dipandang merendahkan
wanita.
d. Laki-laki metroseksual lebih memprioritaskan mode, kemungkinan serupa
dengan type maskulin yang ada di tahun 1980-an, bahkan bisa saja sama dengan
lelaki metroseksual ialah beberapa orang yang perduli dengan pola hidup yang
teratur, menyenangi detil, dan condong perfeksionis.
Berdasar macam wujud
patriarki dan maskulinitas yang diterangkan, ada banyak hal sebagai parameter
ide dalam riset ini berkenaan pengertian patriarki:
a. Sebuah mekanisme susunan
sosial dan praktik-praktik di mana lelaki memimpin, menindas, dan
mengeksplorasi wanita (Walby, 1990).
b. Dominasi lelaki pada
wanita yang dilandasi oleh maskulinitas (Beynon, 2007).
c. Maskulinitas pada
lelaki ikut mengkonstruksi ide femininitas, dan medefinisikannya sebagai satu
hal yang bersimpangan (Connell, 2005). Dalam kerangka ini pada akhirnya
memunculkan satu tertimpangan rekanan.
Posting Komentar untuk "Apa Itu Budaya Patriarki?"