Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Tindakan Sosial Max Weber


Teori Max Weber mendeskripsikan sosiologi sebagai pengetahuan yang mengupayakan pengetahuan interpretatif berkenaan tindakan sosial atau yang dikenali dengan pendekatan verstehen supaya dengan itu bisa hasilkan sebuah keterangan kausal berkenaan tindakan sosial dan akibat-akibatnya. Dia menyaksikan pribadi yang punya pengaruh dalam masyarakat, tapi dengan catatan, jika tindakan sosial (social action) pribadi ini terkait dengan rasionalitas, apa logis instrumental atau mungkin rasionalitas yang fokus nilai, bahkan bisa saja sebagai tindakan tradisionil yang non-rasional berdasar rutinitas atau tindakan afektif yang dikuasai hati atau emosi semata (Campbell, 1994).

Rasionalitas instrumental akan mengikutsertakan pemikiran dan opsi yang sadar terkait dengan arah tindakan dan alat yang dipakai untuk meraihnya. Pribadi dipandang pemilik beberapa macam arah yang kemungkinan diinginnya, dan atas dasar kriterium tentukan satu opsi antara arah-tujuan yang sama-sama berkompetisi ini. Pribadi memandang alat yang kemungkinan bisa di gunakan untuk capai arah yang di tentukan. Hal tersebut meliputi penghimpunan info, menulis peluang-kemungkinan dan hambatan-hambatan yang ada di dalam lingkungan, dan berusaha untuk memperkirakan resiko yang kemungkinan dari beberapa alternative tindakan itu. Pada akhirnya, satu opsi dibuat atas alat yang di gunakan yang sekiranya menggambarkan pemikiran pribadi dari segi efektivitas dan efektifitasnya. Salah satunya contoh yang gampang dipandang ialah tindakan pertaruhan investor dalam sebuah proses pasar (Johnson, 1986).

Berlainan dengan rasionalitas instrumental, rasionalitas nilai plus mengutamakan jika tindakan dikontrol oleh kesadaran akan kepercayaan dan loyalitas pada aturan nilai yang mulia seperti kebenaran, keelokan dan atau keadilan dan kepercayaan ke misalnya ialah kesediaan orang untuk siap pilih guru sebagai lapangan dedikasi walau di ketahui upahnya benar-benar kecil, karena mereka percaya dan sadar jika pengajaran sebagai perkejaan yang mulia (Maliki, 2003).

Akan tetapi, yang dapat ditangkap dari pengakuan ini ialah jika beberapa individu bergerak ―bebas‖ dan sanggup tentukan warga dan susunannya, walau harus ―sepakat‖ dengan individu- pribadi yang lain, dan pola-pola rasionaltas yang begitu ini di temui pada pribadi dalam rasio lebih luas akan tentukan warga. Misalkan, rasionalitas ini akan tentukan ―pola‖ legalitas dan lembaga, yakni dengan pengakuan legalitas resmi dan birokrasi lebih memprioritaskan rasionalitas instrumental, yakni warga di mana beberapa individunya lebih menyaksikan ―mean-end‖ sebagai pemikirannya. Pengikut pertimbangan seperti ini disebut Weberian atau oleh Ritzer (1988) lebih dikenali dengan pradigma pengertian sosial.

Dalam mendeskripsikan sosiologi Weber menyebutkannya sebagai pengetahuan yang mengupayakan pengetahuan interpretatif berkenaan tindakan sosial supaya dengan itu bisa hasilkan sebuah keterangan kausal berkenaan penerapan dan akibat-akibatnya. Max Weber membandingkan tindakan sosial dari perilaku secara umum dengan menjelaskan jika sebuah pergerakan bukan sebuah tindakan jika pergerakan itu tidak bermakna subyektif untuk orang yang berkaitan (Craib, 1992). Dan Weber menjelaskan jika ―tindakan memiliki sifat sosial sepanjang, berdasar atas arti subyektif yang dilekatkan kepadanya oleh pribadi yang melakukan tindakan, tindakan itu sebagai penghitungan perilaku beberapa orang lain dan dengan tepat realisasinya terukur.

Untuk pahami (verstehen) tindakan sosial perlulah mempunyai bukti yang mencakup arti subyektif khusus (sin) beberapa aktor, dan ini menuntut sebuah kekuatan untuk tangkap semua kompleks arti yang dipakai aktor itu untuk merangkum alasan-alasannya untuk melakukan tindakan secara dia kerjakan. Pengetahuan ini tidak dapat dilakukan tanpa ketahui simbol-simbol (khususnya bahasa) yang dipakai sang aktor untuk lakukan kelakuannya sendiri.

Berdasar penjabaran di atas, sekiranya dapatkah di ketahui ada dikotomi di antara bodi (tubuh, badan, majelis, isi) mind (pemikran). Untuk Weber, mind lebih tentukan atau memimpin daripada bodi. Ini khususnya diisyaratkan untuk pertimbangan Weber yang memiliki sifat verstehen (usaha pahami) apa yang telah ada dibalik tindakan pribadi, karena tindakan yang dimaksud pergi dari arti subyektif pribadi yang berkaitan. Karenanya yang perlu di utamakan ialah menerjemahkan dengan menyelami kehidupan pribadi itu. Dan hal yang begitu memiliki arti lebih ada pada tataran mind , bukan bodi.

Alfred Schutz siswa dari Edmund Husserl, menyampaikan jika langkah berpikir Weber telah betul, namun ada banyak faktor yang probematis, yaitu idenya mengenai tindakan sebagai sebuah sikap yang memiliki makna secara subjektif yang membutuhkan keterangan lebih jauh. Pertama, dia mempermasalahkan gagasan Weber yang mengatakan jika arti tindakan ialah sama dengan motive tindakan (Asrudin dan Mirza, 2009). Dalam masalah ini semua tindakan bermakna, jadi tidak cuma tindakan yang logis saja, tetapi semua tindakan. Lebih dari itu arti tindakan seseorang dalam artian motive tidak dapat kita dapatkan. Pertimbangan berikut yang bawa Schutz untuk mengkoreksi ide Weber mengenai verstehen (pengetahuan) dalam erklarandes verstehen (keterangan berkenaan pemaknaan) seorang sosiolog harus mengandaikan motive artis di dalam komplikasi arti yang tipikal sebagai dasar yang cukup ideal untuk melakukan tindakan. Menurut Schutz, tidak arti yang memiliki sifat aktual di kehidupan.

Ketiga pola - yaitu bukti sosial, pengertian sosial, sikap sosial dalam sosiologi sebetulnya coba menjeaskan ambil tambang di antara pribadi atau dikenali dengan istilah artis dan warga, terhitung susunan didalamnya. Selanjutnya masalahnya ialah apa pribadi yang memengaruhi susunan atau kebalikannya susunan yang memimpin pribadi, hingga tidak memiliki alternatif lain untuk melakukan tindakan . Maka bukan bagaimana pribadi dan susunan sama-sama isi dan membuat keduanya.

Teori kontruksionis sosial ada di ke-2 nya, seperti disebutkan Margaret M. Poloma : ―pemikiran berger menyaksikan realita kehidupan sehari-hari mempunyai dimensi-dimensi subyektif dan objecttf. manusia sebagai instrument dalam membuat realita sosisal yang obyektif lewat proses externalisasi, seperti dia memengaruhinya lewat proses internalisasi {yang menggambarkan realita yang subyektif}. Dalam model yang aksentis, di mana ada tesa, anti tesa, dan sintesa, berger menyaksikan warga sebagai produk manusia dan manusia sebagai produk warga. Baik manusia dan warga sama-sama berdialektika antara ke-2 nya. Warga tak pernah sebagai produk akhir, tapi sebagai proses yang tercipta. (Poloma, 1984).

Posting Komentar untuk "Teori Tindakan Sosial Max Weber"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel